Rabu, Januari 25, 2012

Penduduk Tapanuli: The remaining population of North Sumatra


Tapanuli adalah sebutan untuk daerah di pantai barat Sumatera Utara yang asal katanya dari "Tapian Nauli". Pada tahun 1980 penduduk daerah yang disebut Tapanuli ini berjumlah 1.666.654 jiwa. Dengan luas wilayah 32.358 Km2 maka kepadatan penduduk di wilayah Tapanuli sebesar 51 jiwa/Km2. Ini terbilang sangat jarang.

Secara teoritis penduduk Tapanuli setelah 30 tahun  pada tahun 2010 adalah sebanyak 2.444.658 jiwa. Dengan kata lain penduduk wilayah Tapanuli bertambah sebanyak 778.004 dalam tiga puluh tahun. Namun kini kenyataannya di tahun 2010, daerah Tapanuli yang hanya teridentifikasi dari tiga nama kabupaten: Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan luas wilayahnya hanya tersisa menjadi 10.362 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 853.967 jiwa.

No
Kabupaten
1980
1990
2000
2010
1
Tapanuli Selatan
757.159
954.332
724.188
264.108
2
Tapanuli Tengah
167.161
210.021
244.673
310.962
3
Tapanuli Utara
682.437
695.777
407.710
278.897
Jumlah
1.666.654
1.860.130
1.376.571
853.967


Ini artinya ada sebanyak 1.590.691 jiwa yang berubah status nama dari penduduk Tapanuli menjadi bukan penduduk Tapanuli. Jumlah penduduk sebanyak tersebut di tahun 2010 telah menggunakan nama baru, yang sebarannya sebagai berikut:

1
Padang Lawas Utara
223.049
2
Padang Lawas  
223.480
3
Mandaling Natal
403.894
4
Padang Sidempuan
191.554
5
Sibolga
84.444
6
Toba Samosir
172.933
7
Humbang Hasundutan
171.687
8
Samosir
119.650
Jumlah
1.590.691

Apa artinya ini dalam jangka panjang. Nama Tapanuli akan tetap teridentifikasi di dalam peta nusantara, tetapi lambat laun semua orang hanya  mengenal tiga kabupaten tersebut yang dikenal sebagai daerah Tapanuli. Sementara persoalan yang sama tidak terjadi untuk daerah Labuhan Batu (plus Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan) dan Nias (plus Nias Utara dan Nias Barat). Sedangkan sebaliknya terjadi untuk Padang Lawas (plus Padang Lawas Utara) dan Samosir (plus Toba Samosir) sebagai daerah identifikasi baru. Yang cukup menarik adalah daerah Mandailing Natal yang kini di tahun 2010 jumlah penduduk sebanyak 403.894 jiwa kemungkinan pemekaran terjadi. Rencana wilayah pemekaran yang dimaksud adalah Natal Mandailing. Namun dari dua wilayah ini akan tetap terjaga identifikasinya sebagai daerah Mandailing Natal (kabupaten lama) atau Natal Mandailing (calon kabupaten baru).

Pertanyaannya: Mengapa pemakaian nama Tapanuli tidak bertambah sepanjang masa? Dengan mengabaikan Sibolga dan Padang Sidempuan (sebagai kota), mengapa nama-nama kabupaten yang ada sekarang tidak menggunakan nama Tapanuli melainkan nama-nama baru, yakni: Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Mandailing Natal, Toba Samosir, Humbang Hasundutan dan Samosir. Pertanyaan ini tampaknya menjadi relevan jika dikaitkan dengan gonjang-ganjing pembentukan provinsi baru di Sumatera Utara belakangan ini. Di satu pihak pemekaran Provinsi Sumatera Utara dengan mengusung nama Provinsi Tapanuli (Protap), di pihak lainnya ingin memberi nama baru sebagai Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) atau Sumatera Tenggara. Masalahnya, jika nama yang dipilih adalah Sumatera Tenggara, maka dengan sendirinya kata Tapanuli akan hilang. Akan tetapi jika Tapanuli Bagian Selatan yang digunakan maka ada dua pihak yang tetap menginginkan nama Tapanuli. Pertanyaan berikutnya: Seberapa menarikkah nama Tapanuli untuk dijadikan sebagai identifikasi baru dalam penamaan sebuah provinsi baru? Silahkan jawab sendiri***Akhir Matua Harahap.

Tidak ada komentar: