Selasa, Februari 02, 2016

Sejarah Kota Medan (14): Perjuangan Sisingamangaradja XII Sangat Ditakuti di Deli, Gugur sebagai Pahlawan Sejati dan Menjadi Pahlawan Kota Medan



Sisingamangaradja XII adalah pahlawan yang pertama yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional di Sumatra pada tahun 1961. Sisingamangaradja XII adalah pahlawan sejati, pahlawan yang dikenang sepanjang masa, yaitu orang yang telah berjuang dari lahir hingga mati. Sisingamangaraja XII lahir di Bakara, 18 Februari 1845.

Pada tahun ini (1845) Residentie Tapanoeli dibentuk dengan ibukota di Sibolga. Residen pertama Tapanoeli adalah Kolonel Alexander van der Hart, seorang pahlawan pemberani Belanda dalam Perang Bonjol yang berani langsung bertempur di tengah benteng Bonjol  melawan pasukan Tuanku Imam Bonjol (1837). A. van der Hart diangkat menjadi residen karena kebutuhan perlawanan Tuanku Tambusai di Portibi. Pada tahun 1845 ini, van der Hart memimpin langsung pertempuran dalam Perang Portibi. 

Sisingamangaradja XII naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon. Sisingamangaradja XII segera memimpim Perang Batak yang telah dikobarkan sejak 1872.

Ada tiga kejadian penting pada saat ini: (1) Willem Iskander, pejuang pendidikan di Mandheling en Ankola dikabarkan meninggal di Belanda bulan Juni 1876. (2) Lanskap Deli ditingkatkan statusnya dari Controleur menjadi Asisten Residen atas desakan para planter di Deli agar tingkat sekuriti di sekitar mereka lebih terjaga, (3) Permintaan Nommensen di Silindoeng agar militer Belanda dapat melumpuhkan Sisingamangaradja XII dan (4) perlawanan dari orang-orang Batak dari Atjeh di Langkat. Semua kejadian ini saling terkait dengan perjuangan Sisingamangaradja XII.

Makam Sisingamangaradja XII dan dua putranya di Tarutung
Singamangaraja XII gugur pada 17 Juni 1907 dalam suatu pertempuran dengan militer Belanda yang dipimpimpin oleh Kapten Hans Christoffel di Dairilanden. Singamangaraja XII meregang nyawa setelah sebuah peluru menembus dadanya. Dalam pertempuran itu, dua putranya turut gugur Patuan Nagari dan Patuan Anggi. Pada tanggal 17 Juni 1938 kuburan ketiga pejuang ini dipindahkan dari Dairi ke Pearadja, Tarutung. Singamangaraja XII berjuang sejak 1875.

Makam Singamangaraja XII kemudian dipindahkan pada tahun 1953 ke Balige. Sebagaimana dilaporkan Het nieuwsblad voor Sumatra, 17-06-1953 bahwa pagi ini Sisingamangaraja XII beserta dua putranya dimakamkan kembali dengan hikmat di Soposoeroeng, Balige. Pemakaman ini dihadiri Ketua Parlemen, Sartono dan Gubernur Sumatra Utara, Abdul Hakim Harahap. Sehubungan dengan upacara ini, malam ini di Istana Negara di Jakarta pukul 19.30 akan diadakan upacara nasional.


Soekarno hadiri Upacara Sisingamangaraja di Istana, Jakarta
Upacara Nasional Sisingamangaradja XII ini dilaporkan oleh Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie edisi, 18-06-1953. Dalam upacara tersebut dihadiri oleh Soekarno dan Hatta di Istana Negara di Jakarta. Ketika, Ketua Panitia Moelia Panggabean menyampaikan biografi Sisingamangaradja XII, Soekarno tampak menyimak dengan serius. Moelia dalam pidatonya itu juga mengutip kata-kata Soekarno: ‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya’.

Java-bode, entah bagaimana, sejak era Belanda secara kontinu memberitakan perjuangan Sisingamangaradja XII. Dari Koran ini banyak dipahami bagaimana garangnya Sisingamangaradja XII melawan militer Belanda. Sejak tahun 1951, koran Java Bode milik orang Belanda dibeli oleh Parada Harahap. Sebagaimana diketahui, Parada Harahap memulai karir di bidang pers dimulai dari Medan pada tahun 1918 sebagai editor koran Benih Mardika. Tulisan-tulisan Parada di Benih Mardeka banyak menyoroti kekejaman para planter terhadap para koeli kebun.

Peringatan 50 Tahun di Medan dan Sisingamangaraja adalah Pahlawan Internasional

Setelah lima tahun upacara pemakaman Sisingamangaraja di Soposoeroeng, Balige tahun 1953, adalah GB Josua, seorang guru dan mantan Kepala Dinas Pendidikan Sumatra Utara, coba mengangkat spirit juang Sisingamangaraja untuk bidang pendidikan. Dalam hal ini GB Josua jelas tidak lupa jasa para pahlawan. GB Josua ingin semua pribumi menghormati pahlawannya. GB Josua menggagas untuk perayaan pertama kali di Medan memperingati Sisingamangaradja dan bertindak sebagai Ketua Panitia.

Usai upacara pemekaman di Balige, 1953
Het nieuwsblad voor Sumatra, 11-06-1957 (GB Josua Presiden Komite Perayaan 50 tahun): ‘Mr GB Yosua adalah presiden herdenkingscomité untuk memperingati dari kematian pahlawan Batak, Si Singarmangaradja XII. Seperti diketahui, kematian Si Singamangaradja jatuh pada tanggal 17 Juni. Dia pada 17 Juni 1907 meninggal karena luka-lukanya setelah bertempur dengan pasukan Belanda. Dalam konteks ini akan bergemuruh Raja di Medan–sebuah peringatan kehidupan almarhum Si Singamangaradja diberikan dengan warga Batak tarian rakyat tor-tor, dan perayaan lainnya’. 

Het nieuwsblad voor Sumatra, 01-07-1957: ‘Si Singamangaradja diperingati di Medan. Peringatan 50 tahun pahlawan Batak, Sisingamangaradja diperingati Sabtu di Balai Polisi di Jalan Bali. Seperti diketahui, komite perayaan ini dibentuk dibawah pimpinan Mr. GB Joshua, Pengawas Pendidikan Sumatera Utara. Setelah Mr Joshua memberikan gambaran singkat tentang kehidupan mendiang Si Singamangaradja XII lalu diikuti oleh kata sambutan oleh Panglima territorial, Djamin Gintings Komandan teritorial mengatakan bahwa semangat kegarangan dan heldhafiigheid Si Singamangaradja harus menjadi contoh bagi kita. Atas nama gubernur berbicara Tengku Ubaidillah. Setelah pidato resmi diberi tarian Batak. Upacara peringatan juga sudah diadakan di Jakarta pada 16 Juni. Dalam Soposoroeng dibuat sebuah monumen untuk menghormati pahlawan Si Singamangaradja di tempat dimana jenazahnya pada tanggal 17 Juni tahun 1953 dipindahkan ke Balige. Si Singamangaradja XII meninggal pada tanggal 17 Juni 1907 karena luka setelah ia lama menolak otoritas Belanda’.



Di Jakarta sendiri telah dilakukan upacara peringatan Sisingamangaraja yang dilakukan pada tanggal 16 Juni sebagaimana dilaporkan Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 18-06-1957. Dalam upacara di Gedung Pemuda dibacakan pesan Soekarno yang isinya ‘bahwa bangsa yang besar adalah yang menghargai selalu pahlawan dan Sisingamangaradja XII bukan hanya pahlawan nasional, tetapi bahkan pahlawan internasional’. Tiga pembicara utama adalah Walikota Jakarta, Soediro, Wakil Ketua Parlemen dan KASAD Mayor Jenderal Abdul Haris Nasoetion.

(tunggu deskripsi lengkapnya)


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar: