Senin, Mei 30, 2016

Alimatoes Saadiah: Perempuan Pribumi Pertama di Indonesia Berpendidikan Eropa

*Untuk melihat semua artikel Sejarah TOKOH Tabagsel dalam blog ini Klik Disini


Alimatoe Saadiah bisa diklaim sebagai perempuan pribumi yang pertama yang mengecap pendidikan ala Eropa di Padang dan Fort de Kock (kini Bukittinggi). Ayahnya adalah seorang paling terkenal di Padang. Pada tahun 1903 Alimatoe Saadiah menikah dengan seorang dokter lulusan Docter Djawa School di Batavia, Dr. Haroen Al Rasjid. Putri mereka kelahiran Padang pada tahun 1930 meraih gelar doktor (PhD) di bidang kedokteran di Universiteit Leiden, yang menjadikan dirinya sebagai perempuan pribumi pertama di Indonesia yang bergelar doktor (PhD). Putra bungsu mereka kelahiran Sibolga juga lulusan Universiteit Leiden tahun 1936 di bidang hukum yang kelak menjadi Residen pertama Lampoeng.

Leeuwarder courant, 22-06-1903
Pendidikan Alimatoe Saadiah diungkapkan pertama kali oleh wartawan yang mewawancarai dan dimuat pada Leeuwarder courant, 22-06-1903. Alimatoe Saadiah lahir tahun 1885, memasuki ELS di Padang tahun 1892 kemudian masuk Sekolah Radja bidang pendidikan di Fort de Kock tahun 1899. Pada saat itu tentu saja tidak mudah bagi orang pribumi masuk sekolah Eropa (ELS), kecuali ayahnya sebagai orang terpandang, terpelajar dan terkaya. Ayah Alimatoe Saadiah adalah satu-satunya orang pribumi paling terpandang, terpelajar dan terkaya tidak hanya di kota Padang, tetapi juga di seluruh Province Sumatra's Westkust.

Setelah menikah, Alimatoe Saadiah tersita banyak waktunya untuk mengurus keluarga dan terutama untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Waktunya semakin berkurang untuk kegiatan di luar rumah, karena Alimatoe Saadiah setia mendampingi suaminya yang bertugas berpindah-pindah tempat: dari Padang, pindah ke Sibolga dan kemudian setelah pension keluarga Alimatoe Saadiah pindah dan menetap di Lampoeng. Baru setelah di Tandjong Karang, Alimatoe Saadiah terlibat bidang pekerjaan untuk membantu suami ketika mereka membuka klinik kesehatan. Klinik kesehatan ini tidak hanya ditujukan untuk orang-orang Eropa tetapi juga untuk penduduk pribumi.

Diantara kesibukan ikut membantu suami dalam pengembangan klinik kesehatan di Tandjong Karang dan Bandar Lampoeng, Alimatoe Saadiah tidak lupa untuk mempersiapkan pendidikan anak-anaknya. Putrinya yang pertama dimasukkan ke ELS Tandjong Karang. Lalu pendidikan putrinya dilanjutkan ke Batavia, di Prins Hendrik School (afdeeling-B/IPA). Setelah lulus tahun 1922, putrinya melanjutkan studi kedokteran ke Belanda (hingga meraih gelar PhD tahun 1930).

Alimatoe Saadiah adalah seorang istri yang setia terhadap suaminya dan berhasil mendidik anak-anaknya hingga sekolah tinggi, setinggi-tingginya. Alimatoe Saadiah adalah anak seorang mantan guru yang menjadi editor surat kabar dan pemilik percetakan dan toko buku dan sekolah swasta  di Padang. Ayahnya bernama Hadji Dja Endar Moeda. Ayah Alimatoe Saadiah dan suaminya Dr. Haroen Al Rasjid sama-sama lahir di afdeeling Padang Sidempoean, Residentie Tapanoeli, Province Sumatra’s Westkust. Ayahnya, Saleh Harahap gelar (Mangara)Dja Endar Moeda alumni Kweekschool Padang Sidempoean tahun 1884. Cucu Dja Endar Moeda yang bernama Dr. Ida Loemongga, PhD ini tidak hanya berhasil sekolah setinggi-tingginya, juga putra Ida Loemongga juga ada yang bergelar guru besar di Eropa. Itulah garis keluarga dari kakek seorang guru hingga anak yang bergelar guru besar.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar: