Selasa, September 20, 2016

Abdul Hakim Harahap: Konsisten Meski Indonesia Terbelah; Sukarno dan Hatta Pernah ‘Mengingkari’ Republik Indonesia



Pada waktu yang sama, di Indonesia pernah terjadi suatu yang ganjil: Dua orang Presiden, dua orang Perdana Menteri dan dua orang Wakil Perdana Menteri. Kejadian ini terjadi pada tahun 1950. Abdul Hakim Harahap adalah Wakil Perdana Republik Indonesia (di Yogyakarta) yang mana Perdana Menteri adalah Abdul Halim dan Presiden adalah Assaat. Sementara itu, Soekarno adalah Presiden dan M. Hatta Perdana Menteri dari Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta. Ini berarti, Soekarno-Hatta proklamator kemerdekaan Indonesia telah ‘mengingkari’ Republik Indonesia (RI) dan meninggalkannya serta lebih memilih menjadi Presiden/Perdana Menteri dari RIS.

Mengapa Sukarno dan M. Hatta ‘mengingkari’ dan ‘meninggalkan’ Republik Indonesia? Jawabnya adalah Republik Indonesia secara defacto hanya tersisa di dua wilayah, yakni: Tapanuli dan Yogyakarta. Wilayah lainnya di Indonesia sejak kedatangan kembali Belanda (aggresi militer) lebih memilih dan ingin membentuk negara sendiri-sendiri atau negara otonom dan secara sadar meninggalkan Republik Indonesia. Wilayah-wilayah yang membentuk negara (dan yang menjadi boneka Belanda), antara lain: Negara Sumatera Timur, Negara Jawa Timur, Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur.

Soekarno dan M. Hatta boleh jadi beranggapan bahwa Republik Indonesia Serikat termasuk di dalamnya Republik Indonesia (Tapanuli dan Yogyakarta) tetapi kenyataannya di wilayah Republik Indonesia masih ada Presiden, Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri dan menteri-menterinya. Ini bukan redundance, tetapi kenyataannya di Indonesia terdapat dua republik yang masing-masing memiliki pemerintahannya.

Situasi dan kondisi ini jelas berbeda ketika Pemerintah Republik Indonesia mengalami kekosongan, ketika Soekarno menyerah lalu ditangkap Belanda di Yogyakarta dan kemudian dibuang ke tempat pengasingan. Untuk mengisi kekosongan itu, di Bukittinggi dibentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesi (PDRI) dengan presidennya Sjafroeddin Prawiranegara. Dengan demikian tidak mengalami redundance. Dengan terbentuknya RIS dan RI yang eksistensinya masih ada dan jelas tidak redundance, tetapi benar-benar ada dua negara, dua pemerintahan dan dua presiden. Ini jelas tidak lazim.

Republik Indonesia yang Ditinggalkan Soekarno-Hatta

Seperti apa sisa Republik Indonesia yang ditinggalkan Soekarno dan M. Hatta. Di Wilayah Republik Indonesia, Mr. Assaat, Mr. Abdul Halim dan Mr. Abdul Hakim Harahap melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai pemimpin Republik Indonesia. Hal yang pertama dilakukan di Yogyakarta adalah merehabilitasi para pejuang kemerdekaan dan keluarga. Para pejuang telah banyak yang gugur dan yang masih hidup banyak yang cacat. Mr. Assaat, Mr. Abdul Halim dan Mr. Abdul Hakim Harahap mengumpulkan para pejuang yang makamnya terpencar-pencar (selama perang kemerdekaan) untuk disatukan di dalam satu Taman Makam Pahlawan yang dihiasi dengan Monumen Perjuangan. Inilah kebajikan para pemimpin yang seharusnya tidak boleh dilupakan.

Untuk lebih memuliakan para pejuang kemerdekaan RI tersebut di Yogyakarta, ketiga tokoh penting ini ditempat yang sama didirikan masjid besar yang diberi nama Masjid Suhada (masjid orang-orang yang gugur di jalan Allah). Masjid Suhada adalah masjid besar pertama yang dibangun Pemerintah Republik Indonesia. Biaya pembangunannya murni diperoleh dari sumbangan masyarakat (karena uang Pemerintah Republik Indonesia saat itu belum ada).

Di Tapanuli….. (tunggu deskripsi lengkapnya)


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar: