Minggu, September 25, 2016

Mr. Arifin Harahap (5): Menjadi Duta Besar untuk Alzajair; Sukarno dan Arifin Harahap Diteruskan Suharto dan Adam Malik

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mr. Arifin Harahap dalam blog ini Klik Disini


Hanya ada dua presiden di Indonesia yang begitu lama menjabat: Sukarno dan Suharto. Hanya ada dua orang yang begitu lama berada di rezim Sukarno dan rezim Suharto: Arifin Harahap dan Adam Malik Batubara. Arifin Harahap dapat dipercaya oleh Sukarno maupun Suharto; demikian juga Adam Malik dapat dipercaya Sukarno dan Suharto.

Adam Malik Batubara Menjadi Menteri Perdagangan

Pada Kabinet Kerja IV (sejak 13 November 1963) yang masih tetap di bawah Perdana Menteri Sukarno, posisi Mr. Arifin Harahap tetap sebagai Menteri Urusan Anggaran Negara. Untuk posisi Menteri Perdagangan dijabat oleh Adam Malik Batubara. Sementara Abdul Haris Nasution naik dari Menteri Pertahanan/Kepala Staf AD menjadi Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan. Ini berarti untuk kali pertama tiga putra-putra terbaik dari Tapanuli Selatan duduk bersama dalam jajaran menteri. Kabinet Kerja IV berakhir 27 Agustus 1964)

Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964), Adam Malik Batubara naik menjadi Menteri Koordinator Pelaksanaan Ekonomi Terpimpin. Mr. Arifin Harahap digeser menjadi Menteri Negara. Jabatan Menteri Koordinator/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal tetap dijabat oleh Abdul Haris Nasution.

Menteri/Panglima Angkatan Darat, Letjen TNI Achmad Yani sampai dengan 1 Oktober 1965 kemudian digantikan Mayjen TNI Pranoto Reksosamodra (sejak 3 Oktober 1965-14 Oktober 1965) dan kemudian digantikan oleh Mayjen TNI Soeharto (sejak 16 Oktober 1965). Kabinet Dwikora I berakhir 22 Februari 1966

Mungkin banyak yang bertanya-tanya dimana itu Tapanuli Selatan. Ibukota Padang Sidempuan. Ketika Medan masih kampong, Padang Sidempuan sudah menjadi kota.

Tapanuli Selatan berada di Residentie Tapanuli beribukota Padang Sidempuan. Tapanuli Selatan adalah pemerintahan sipil pertama yang dibentuk Belanda di Sumatera Utara (1840). Sejak itu, Tapanuli Selatan cepat berkembang dan maju sehingga penduduknya banyak merantau sebagai guru, dokter, jaksa, dan penulis (pers dan kesusastraan), tidak hanya ke Atjeh, Sumatera Timur tetapi juga ke Raiau dab Djambi. Tentu saja ke Sumatra Barat, Batavia dan berbagai tempat di nusantara termasuk Surabaya di Jawa Timur, .

Kabinet Dwikora II, Presiden masih tetap Ir. Soekarno. Kabinet ini diumumkan tanggal 21 Februari 1966. Kabinet ini dibentuk pasca peristiwa G 30 S PKI (1965). Mr. Arifin Harahap tetap diangkat sebagai menteri (diperbantukan pada Menteri Urusan Bank Sentral). Jabatan ini masih sesuai dengan kompetensi Mr. Arifin Harahap (masih di bidang keuangan), dimana jabatan sebelumnya Menteri Urusan Anggaran Negara.

Ini berarti Mr. Arifin Harahap telah bergeser dari bidang perdagangan menjadi bidang anggaran negera dan kemudian bidang kebanksentralan. Ketiga bidang ini masih satu bidang besar Ekonomi).

Suharto Menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat

Dalam Kabinet Dwikora II posisi Adam Malik Batubara adalah Menko (diperbantukan pada Presiden untuk Urusan Hubungan Ekonomi Luar Negeri). Jabatan sebelumnya di dalam Kabinet Dwikora I sebagai Menteri Koordinator Pelaksanaan Ekonomi Terpimpin

Bidang Pertahanan dan Keamanan pada Kabinet Dwikora II adalah sebagai berikut: Menteri Koordinator, Mayjen TNI Sarbini; Wakil Menteri Koordinator, Mayjen TNI Mursyid; Menteri/Panglima Angkatan Darat, Letjen. TNI Soeharto, Menteri/Panglima Angkatan Laut, Laksda TNI Muljadi, Menteri/Wakil Panglima Angkatan Laut, Mayjen KKO R.Hartono; Menteri/Panglima Angkatan Udara, Laksda Udara Sri Muljono Herlambang; dan Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian, Kom Jen Pol Soetjipto Joedodihardjo.

Lantas beberapa posisi terjadi kokosongan jabatan. Posisi yang digantikan sangat strategis. Dua orang yang menggantikan adalah Adam Malik dan Hamengkubuwono. Wakil Perdana Menteri I, Dr. Subandrio sejak tanggal 18 Maret 1966 digantikan oleh Sultan Hamengkubuwono IX (ad-interim) yang menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Pembangnan. Wakil Perdana Menteri III, Chaerul Saleh pada tanggal yang sama (18 Maret 1966) digantikan Adam Malik (ad-interim). Adam Malik juga menggantikan Menteri Luar Negeri dan Hubungan Ekonomi Luar Negeri, Dr. Subandrio (ad-interim) pada tanggal yang sama. Namun tidak lama, karena Kabinet Dwikora II berakhir pada 27 Maret 1966.

Adam Malik dan Hamengkubuwono, posisinya tidak hanya strategis dalam cabinet, tetapi sudah tampak powerful. Lantas apa posisi Suharto? Masih tetap sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Kabinet Dwikora III sejak 31 Maret 1966 dibentuk. Nama-nama seperti Subandrio dan Chaerul Saleh tidak ada lagi. Kekuatan lama sudah digantikan kekuatan baru. Tiga nama yang menjabat posisi strategis adalah Adam Malik (Wakil Perdana Menteri untuk urusan Sosial dan Politik) yang merangkap sebagai Menteri Luar Negeri; Letjen Suharto (Wakil Perdana Menteri Pertahanan dan Keamanan merangkap Menteri Panglima Angkatan Darat) dan Hamengkubuwono (Wakil Perdana Menteri untuk Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan).

Lantas apa posisi Mr. Arifin Harahap? Sebagai Asisten II Waperdam untuk Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan. Mr. Arifin Harahap akan membantu Hamengkubuwono. Kemampuan dan pengalaman Mr. Arifin Harahap tidak ada yang meragukan.

Namun Kabinet ini diubah lagi tanggal 25 Juli 1966 dengan membentuk Kabinet Ampera I (28 Juli 1966). Ketua Presidium Kabinet Ampera adalah Soeharto yang merangkap Menteri Utama bidang Pertahanan dan Keamanan dan juga merangkap sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat). Adam Malik menjadi Menteri Utama bidang Politik (merangkap Menteri Luar Negeri) dan Hamengkubuwono sebagai Menteri Utama bidang Ekonomi dan Keuangan. Tiga orang ini telah menduduki jabatan tertinggi dalam kabinet (Kabinet Ampera I). Dengan demikian, unsurnya tidak berubah tetapi strukturnya beribah: Suharto seara defacto menjadi presiden.

Mr. Arifin Harahap tidak terdapat lagi namanya dalam kabinet baru (Kabinet Ampera I). Yang menarik dalam Kabinet Ampera I ini adalah Soeharto, sejak 12 Maret 1967 telah menggantikan posisi Sukarno sebagai Presiden RI.

Mr. Arifin Harahap Memimpin Pemulihan Ekonomi dengan Singapura dan Malaysia

Meski  Mr. Arifin Harahap yang seharusnya sudah pension tetapi karena pengalamannya masih dibutuhkan dan diserahi tugas. Tugas tersebut adalah sebagai Sekjen Departemen Perdagangan. Sebagaimana diketahui Mr. Arifin Harahap adalah pejabat karir di Departemen Perdagangan. Ini artinya, jika tidak menjabat ebagai menteri secara otomatis kembali ke tupoksi awalnya sebagai pegawai/pejabat Departemen Perdagangan. Saat menjadi Sekjen (kali ini) Mr. Arifin Harahap mendapat tugas berat untuk memimpin misi perdagangan Republik Indonesia dengan Singapura.

Tugas khusus itu antara lain, memulihkan secepatnya hubungan politik dan hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapore. Antara Indonesia dengan dua Negara sempat kritis karena dua sebab: misi Ganyang Malaysia dan pemboman di Singapoera. Untuk urusun politik sudah menjadi tugas pokok Adam Malik sebagai Menteri Luar Negeri.

Mr. Arifin Harahap dan Adam Malik Batubara adalah dua tokoh penting Indonesia yang merajut kembali hubungan yang sempat memanas antara Indonesia dengan Malayasia dan Singapoera. Satu orang di belakang mereka berdua adalah Jenderal Abdul Haris Nasution. Seperti halnya Mr. Arifin Harahap, bukan lingkaran dalam Suharto, Jenderal Abdul Haris Nasution masih dapat diharapkan turut aktif memulihkan hubungan Indonesia dengan dua negara jiran ini. Kuncinya di sini adalah Adam Malik Batubara (yang memiliki hubungan baik dengan Jenderal Abdul Haris Nasution dan Mr. Arifin Harahap) baik secara historis (kampong halaman), secara professional (tugas Negara) maupun secara politis. Adam Malik Batubara tidak bisa sendiri (politik) tetapi juga butuh dua rekan sekampung: Jenderal Abdul Haris Nasution (hankam) dan Mr. Arifin Harahap (ekonomi, perdagangan dan keuangan).

Saat itu, hanya dua wilayah Indonesia yang terbilang sangat dekat dengan Negara jiran di semenanjung, yakni: Sumatera Barat dan Tapanuli Selatan. Sejak Padri dan terutama sejak era tanam paksa (1840) di Agam dan Tapanuli Selatan banyak penduduk migrasi ke semenanjung. Orang-orang dari dua wilayah itu kini telah banyak menjadi pemimpin dan memiliki kedudukan strategis di Malaysia. Secara kultutural sanak keluarga hingga saat ini masih saling mengunjungi. Sebagaimana diketahui di Selangor umumnya migrant Tapanuli Selatan (Angkola/Mandailing) dan di Negeri Sembilan umumnya adalah migrant Agam dan sekitranya  (Minangkabau). Sayang sekali, dalam situasi ini orang-orang Minangkabau secara politis sudah tersingkir dari pemerintahan (terutama sejak pemberontakan PRRI/1957) dan posisi strategis di cabinet tidak kelihatan lagi. Yang ada hanya orang-orang Tapanuli Selatan. Oleh karenanya dalam memulihkan hubungan antara Jakarta dengan Kualalumpur dan Songapoera peran para pemimpin asalah ranah Minang tidak terlalu menonjol. Adam Malik Batubara dalam hal ini paham betul, krisis hubungan antar tetangga ini dapat diatasi. Boleh jadi dari sinilah istilah Adam Malik yang kerap mengucapkan terminology ‘bisa diatur’.

Mr. Arifin Harahap, Sekjen Departemen Perdagangan telah memimpin hubungan kerjasama Indonesia dengan Singapoera. Sesi ketiga dari pembicaraan hubungan kerjasama ini dilansgungkan pada tanggal 26 April hingga 2 Mei 1968. Namun hubungan antar kedua Negara masih benci tapi rindu (satu sama lain).

De tijd: dagblad voor Nederland, 14-11-1968: ‘Indonesia telah berubah menjadi suasana hati yang buruk untuk kedua kalinya dalam tiga tahun melawan kurcaci Singapura. Penyebab konflik saat ini tidak sulit untuk menemukan. Indonesia mungkin masih sulit untuk menerima bahwa dua juta Sinpaporeanen, selama lebih dari tiga perempat asal dari Cina!, dalam hal kesejahteraan, perdamaian, dan kemakmuran bagaikan kepala di atas bahu tetangga mereka. Penyebab langsung: eksekusi dua anak muda Indonesia, yang menempatkan bom di lift gedung kantor besar di Singapura pada bulan Maret 1965 yang bertanggung jawab atas kematian mengerikan tiga Singaporeanen. Tubuh salah satu korban, seorang juru ketik muda, robek menjadi puluhan potong. Sebaliknya dua penyabot itu sebagian besar menganggap sebagai kebanggaan di Indonesia pada pelaksanaan dua penyabot dapat menjadi pahlawan di Indonesia. Singapoera semakin meradang. Dr. Arifin Harahap, pemimpin misi perdagangan resmi Indonesia, menyatakan pada Mei di Singapura tahun ini: skala perdagangan antara Singapura dan Indonesia terus naik pada tahun 1967 secara signifikan lebih tinggi daripada di tahun-tahun sebelum konfrontasi Indonesia. Tingkat tinggi serupa ini masih tidak pernah tercapai sebelumnya. Arifin Harahap menyebut Singapura telah menjadi mitra utama kami dalam perdagangan dunia. Hampir dua pertiga dari perdagangan kita di luar negeri adalah melalui Singapura, terutama karena Negara ini telah gagal di masa lalu untuk membangun industri manufaktur yang memadai. Indonesia memiliki basis produksi yang besar: Singapore menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk perdagangan. Pendapatan tahunan per kapita hampir 2.000 gulden di Singapura, dan 200 Gulden di Indonesia. Kesenjangan besar ini standar hidup dapat menjadi positif atau memiliki konsekuensi negative. Arifin Harahap benar, meskipun konsekuensi jauh positif Indonesia telah selama bertahun-tahun tampak dengan mata iri ke pulau republik kecil, Semua begitu luar biasa akan baik. Contoh yang baik dari Singapura sejauh ini hanya mengangkat iri tetangga besar, yang sayangnya masih tampaknya selalu dalam kebiasaan keterbelakangan mereka sendiri (terutama kekurangan kepemimpinan yang baik di setiap tingkat) untuk menutupi dengan serangan pahit pada negara yang lebih makmur. gangguan di seluruh Indonesia, yang kecuali segelintir yang Singaporeanen juga orang-orang China harus membayar untuk itu untuk kesekian kalinya, memiliki beberapa negara lagi jelas menggarisbawahi. Titik utama adalah perbedaan yang jelas pendapat dan persepsi hubungan Indonesia dengan negara-negara lain, seperti yang ditunjukkan oleh laporan dari menteri luar negeri Adam Malik, militer menyerang Singapura di dalam. Sementara Adam Malik meyakinkan pernyataan setelah lebih dahulu rapat di parlemen untuk memungkinkan penanganan lebih lanjut dari konflik dengan dirinya sendiri sebagai juru bicara dari berbagai bagian dari angkatan bersenjata terutama komentar diplomatik eksekusi dua penyabot. Setelah eksekusi, mereka diberi pemakaman pahlawan di pemakaman Kalibata, di luar Jakarta. Suatu kehormatan sampai sekarang milik menyebutkan korban kudeta komunis tahun 1965. Tak mana unsur militer di pemakaman ini digambarkan oleh pengamat Barat sebagai karnaval. Satu hal lagi yang memicu dan membuat meradang Singapura adalah gedung Kedutaan Besar Indonesia di Singapura terkesan sombong, bahwa prestise ‘raksasa’ Jakarta harus berbasis di negara kecil’.

Diangkat Menjadi Duta Besar

Setelah hubungan Indonesia dan Singapura beres, Mr. Arifin Harahap, sebagai Sekjen Departemen Perdagangan juga melakukan pemulihan hubungan ekonomi dengan Malaysia. Sebagaimana diberitakan, Mr. Arifin Harahap memimpin misi ekonomi perdagangan. Pada tanggal 24 Maret 1969, Mr. Arifin Harahap hubungan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Malaysia akan berjalan lebih baik.

Mr. Arifin Harahap telah sukses menjalin (pemulihan kembali) ekonomi dan perdagangan dengan tiga negara tetangga terdekat: Australia, Singapore dan Malaysia. Pengetahuan dan pengalaman Mr. Arifin Harahap masih dibutuhkan Presiden Suharto. Pada tanggal 24 April 1969 Mr. Arifin Harahap diangkat dan dilantik menjadi duta besar. Tugas sebagai duta besar tentu tidak mudah, karena Mr. Arifin Harahap akan ditempatkan di tempat yang baru sama sekali bagi Indonesia yakni di Afrika, tepatnya di Alzajair. Tugas ini tentu dimaksudkan untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara-negara Afrika terutama untuk menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan.

Bersambung:
Mr. Arifin Harahap (6): Dari ‘Trio Lama’ (Sukarno, Hatta, Amir) Hingga ‘Trio Baru’ (Suharto, Hamengkubuwono, Adam)


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar: